“Manufacturing Excellence adalah terdiri dari rangkaian ikatan nilai yang tak terputus (Value Chains) dimana setiap aktivitasnya adalah memberikan nila tambah bagi Kepuasan Pelanggan dan Kemakmuran Perusahaan. Mulai dari Pemasok, Penyimpanan, Manufacturing, Finance, Accounting, Human Resources Development, Back-office, Sales, Marketing… hingga produk tersebut aman dan dinikmati ditangan Pelanggan. Semuanya terlibat dan semuanya andil. Tidak terkecuali.”
Perlu kita luruskan terlebih dahulu pengertian Manufacturing Excellence atau LEAN MANUFACTURING atau LEAN Enterprize.
Dibeberapa Organisasi, seperti TPM (Total Productive Maintenance) System; bagi orang yang belum sadar dan tahu, maka dianggapnya kegiatan ini adalah kegiatan maintenance dan tidak ada hubungannya dengan Safety, dengan Kondisi financial atau Sales dan Marketing.
Bagaimana menurut anda? Apakah Ini adalah bagian dari kegiatan pabrik? Atau ini adalah milik department Maintenance? Perlu dimengerti lebih dalam lagi, TPM, bukan program department, tetapi alat Perusahaan untuk dapat memberikan ’Return’ berupa:
- Meningkatnya konsistensi mutu (Mutu kerja bagi semua bagian yang ada dibawah payung perusahaan)
- Meningkatnya produktivitas disemua bagian (Pabrik maupun Service & Supports)
- Turunnya biaya (Karena mutu bagus, hasil produktif, efektif dalam mengunakan sumber daya dan tidak adanya kecelakaan kerja)
- Kondisi financial yang bagus (Stock yang rendah, A/P dan A/R yang efektif, Akurat dan cepat)
- Sales & Marketing yang handal (Pemenuhan kapasitas produksi dan meningkatnya index Capability memberikan dukungan bagi ketepatan atas Mutu, delivery dan harga kompetitif)
Mengapa banyak perusahaan besar PERCAYA bahwa membangun pondasi yang kuat bagi ’BEST PRCTICES’ akan mengantarkan daya TAHAN dan daya SAING bagi perusahaan? Bagaimana dengan Anda dan Organisasi bisnis tempat bekerja saat ini?
PONDASI itu adalah SIKAP KERJA (Executive s/d pekerja Harian) dalam kesehariannya menjujung visi dan misi perusahaan. Sehingga pada akhirnya terlihat jelas (nyata) bahwa itulah BUDAYA Perusahaan. Sikap kerja itu dengan jelas tercermin, terlihat dan terasa ada disetiap tempat kerja (working station); bagian produksi, quality, maintenance, logistic, Keuangan, Personalia, Sales... seluruh komponen dibawah payung perusahaan.
Apakah benar bahwa sikap kerja 6S dapat menghilangkan pemborosan? Jawabannya: PASTI!
Contoh sederhana:
Sebuah perusahaan sering kali menemukan kasus over-stock, stock rusak, barang yang hilang dan tingginya perbedaan stock counting audit.
Logika solusinya:
- Penerapan pada S1 = Sort, artinya perusahaan melakukan pemilahan pada barang yang terpakai (berguna) dan barang yang tidak berguna. Hanya barang-barang yang bernilai produktif yang disimpan. Dampaknya: Tempat yang lebih luas karena hilangnya barang-barang non-produktif dan Mudah dalam pergerakan karena tempat yang lebih luas dan mengurangi kasus barang rusak karena tersenggol atau tertabrak.
- Penerapan pada S2 = Set in Order, artinya setiap barang ditata rapih sesuai dengan peruntukannya dan setiap barang memiliki tempatnya. Apabila ada barang yang hilang atau berkurang atau hampir habis akan mudah dideteksi. Setiap pekerja (bahkan bukan seorang petugas gudang) akan mudah mengenali barang dan jumlahnya, sebab semua informasi dan lay-out mudah ditemukan. Hasilnya Stock counting lebih cepat dan akurat, kehilangan dapat dideteksi dan over stock dapat dicegah, hingga kepada stock reduction pun dapat dilakukan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussangat membantu, terimakasih
BalasHapusTerimakasih
BalasHapus